Welcome Comments Pictures

Senin, 23 Juli 2012

TUGU LAWET sang ICON YANG BERWIBAWA dari KEBUMEN

Tugu Lawet di tengah tengah kota
Sejarah kota kebumen tidak lepas dari pengaruh peradaban agama Islam di Jawa Tengah. Ada beberapa versi yang hampir sama tentang terjadinya kota Kebumen ini. Pengaruh Islam pada jaman Kerajaan Mataram membawa awal mula terbentuknya kota kebumen. Secara letak kekuasaan Kerajaan Mataran, Kebumen masih  berada di wilayah Kademangan Karanglo (Manca Negara Kulon).
Berdasarkan sejarah rakyat kata Kebumen berasal dari Kebumian yang berarti tempat tinggal Kyai Bumi setelah dijadikan tempat pelarian Pangeran Bumidirja atau Pangeran Mangkubumi dari Mataram pada tanggal 26 Juni 1677 saat dipimpin oleh Sunan mangkurat I. Saat itu Kebumen masih bernama Panjer, yang dulu merupakan tempat tonggak perlawanan terhadap penyerbuan pasukan Mataram pada zaman Sultan Agung ke daerah pertahanan benteng Belanda di Batavia (Jakarta).
Ki Bagus Bodronolo yang lahir di Panjer pada waktu itu membantu prajurit Sultan agung untuk mengumpulkan bahan pangan dari rakyat dengan cara membeli sehingga bahan pangan prajurit tercukupi, kemudian ia diangkat sebagai senopati. Ketika Pangeran Bumidirja kembali ke Panjer, ia mendapat hadiah berupa tanah di sebelah utara sungai Lukulo pada tahun 1670. Kemudian dibangunlah beberapa padepokan-padepokan yang kemudian dikenal kebagai padepokan Ki Bumian dan sekarang bernama Kebumen. Tempat Padepokan pertama kali itulah yang sekarang Menjadi Alun-alun Kebumen dan sekitarnya yang menjadi pusat Kota Kebumen.






NILAI HISTORIS




tugu lawet dan masjid agung kebumen
Tugu Muda dan Tugu Pahlawan dibangun dengan tetesan darah dan air mata yang tak pernah berhenti menetes demi tegaknya kedaulatan negara Indonesia. Di bawah Tugu Muda dan Tugu Pahlawan bersemayam ribuan jiwa, ribuan ruh yang rela berkalang tanah demi sebuah kata : Merdeka !!!
Sedangkan Tugu Lawet (Kupu Tarung) dibangun sebagai sebuah “icon” dari komoditas non migas yang menjadi andalan Kabupaten Kebumen yaitu “Sarang Burung Lawet” yang sudah terkenal sejak abad ke 17.
Konon sarang burung lawet inilah satu-satunya obat yang bisa menyembuhkan sakit yang diderita oleh istri raja Mataram waktu itu.
Yang menjadi pertanyaan kita semua adalah : Kenapa Tugu Lawet tidak bisa se-terkenal Tugu Muda di Semarang atau Tugu Pahlawan di Surabaya?
Masalahnya barangkali bukan sekedar nilai historis yang menaunginya. Menurut saya, kita semua (warga Kebumen) bisa membuat Tugu Lawet terkenal dimana-mana. Kita bisa membuat Tugu Lawet lebih tinggi nilainya, bukan sekedar icon pariwisata yang rajin mengangkangi perempatan kota, tetapi kita bisa membuatnya banyak bicara meskipun sebenarnya ia diam seribu kata. Bagaimana caranya? Tentu saja dengan meningkatkan etos kerja kita sebagai “Wong Kebumen” dimanapun kita berada.
Semoga di masa mendatang Tugu Lawet bukan sekedar icon saja. Tetapi keberadaannya bisa mengalahkan kebesaran “genteng sokka” yang sampai sekarang masih dikenal dimana-mana.
Tugu Lawet itu bukan berarti simbol keberhalaan ,lebih dari makna simbolik itu sendiri , setidaknya ada alasan dan uraian tentang adanya Tugu lawet berdiri di kota Kebumen.mengapa bisa bernama Tugu Lawet,

2 komentar:

  1. saya pernah datang ke kebumen pada tahun 2009 ,bersama orang tua untuk menjenguk sanak saudara di sana ,saya sekarang tinggal di medan ,SUMUT.

    BalasHapus